Di tengah dentuman ombak Selat Madura dan kokohnya budaya patrilineal, buku EKONOMI ISLAM PESISIR mengajak pembaca menyelami kehidupan para muslimah Pangambâ’. Lebih dari sekadar penjual ikan, mereka adalah pilar ekonomi pesisir yang gigih, membentuk jaringan kedermawanan yang unik melalui tradisi bu-émbu. Buku ini membongkar bagaimana realitas sosial dibentuk di antara mereka, menyoroti perlawanan mereka terhadap batasan budaya, sekaligus menampilkan kedermawanan yang melekat dalam setiap transaksi, menjalin ikatan sosial ekonomi yang tak kasat mata.

Dengan pendekatan kualitatif-fenomenologis, buku ini merangkai benang merah antara teori modal sosial, surplus konsumen-produsen, dan konstruksi sosial dengan praktik nyata di Desa Kaduara Barat dan Kaduara Timur. Pembaca akan diajak memahami bagaimana tradisi pemberian seperti lalabât, pot-nyapot, dan koleman bukan hanya sekadar pertukaran barang, melainkan manifestasi nyata dari prinsip ekonomi Islam dan fondasi kuat bagi ketahanan ekonomi keluarga. Buku ini menunjukkan bahwa di balik kesibukan tawar-menawar di Sar-jhârân, tersembunyi makna mendalam tentang keadilan, keberkahan, dan identitas budaya lokal.

Pada akhirnya, buku ini menawarkan tipologi baru tentang ekonomi pesisir yang dinamis, menunjukkan bahwa tradisi bu-émbu adalah pola socio-economic bonding yang merefleksikan proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi dalam kehidupan muslimah Pangambâ’. Lebih dari sekadar transaksi ekonomi, tradisi ini adalah cerminan dari keberagamaan, karakteristik dagang yang kuat, dan peran krusial perempuan dalam menjaga roda perekonomian masyarakat pesisir di Madura, menyuarakan realitas perlawanan dan kedermawanan yang patut direnungkan.